Sabtu, 20 Agustus 2016
laporan tugas akhir mahasiswa
MANAJEMEN KESEHATAN SAPI POTONG DI KELOMPOK TANI PENGGEMUKAN SAPI POTONG LIMOUSIN DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR LAMPUNG TENGAH
(Laporan Tugas Akhir Mahasiswa)
Oleh
Eko Ari Putranto
NPM 13741025
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
MANAJEMEN KESEHATAN SAPI POTONG DI KELOMPOK TANI PENGGEMUKAN SAPI POTONG LIMOUSIN DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR LAMPUNG TENGAH
Oleh
Eko Ari Putranto
NPM 13741025
Laporan Tugas Akhir Mahasiswa
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Ahli Madya (A.Md.) Peternakan
pada
Program Studi Produksi Ternak
Jurusan Peternakan
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
1. Tugas Akhir Judul : Manajemen Kesehatan Sapi Potong Di Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Lampung Tengah
2. Nama Mahasiswa : Eko Ari Putranto
3. Nomor Pokok Mahasiswa : 13741025
4. Program Studi : Produksi Ternak
5. Jurusan : Peternakan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Agung Adi Chandra S.Kh., M.Si. Tri Rumiyani, S.Pt., M.Sc.
NIP 19811021 200312 1002 NIP 19830323 201504 2002
Ketua Jurusan
Peternakan,
Ir. Zairiful, M.P
NIP 197600412 198811 1 001
Tanggal Ujian :
MANAJEMEN KESEHATAN SAPI POTONG DI KELOMPOK TANI PENGGEMUKAN SAPI POTONG LIMOUSIN DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR LAMPUNG TENGAH
OLEH
Eko Ari Putranto
ABSTRAK
Sapi potong merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek cerah mengingat pasar dalam negeri, pertumbuhan konsumsi lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan populasi dan produksi daging. Namun sejauh ini Indonesia belum mampu menyuplai semua kebutuhan daging sapi tersebut. Untuk mencapai itu, diperlukan upaya yang efektif serta dukungan yang memadai dari pemerintah dan masyarakat, khususnya yang bergerak dalam bidang usaha sapi potong. Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin yang berada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kelompok tani yang bergerak dalam bidang penggemukan sapi potong yang memanfaatkan limbah kulit singkong dan kulit nanas sebagai pakan utama ternak. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui serta mengkaji manajemen dan kesehatan sapi potong di Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin pelaksanaan manajemen kesehatan meliputi manajemen kesehatan, pencegahan sapi sakit, karantina, pengobatan sapi sakit. Manajemen kesehatan yang dilakukan di Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin telah dilakukan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari biosecurity, sanitasi dan pengobatan sapi sakit yang berjalan cukup baik.
Kata Kunci : Manajemen kesehatan, sapi potong.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda Lampung Selatan pada 01 Januari 1995. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Muhamad Irfan dan Ibu Eli Rosminawati. Penulis memulai pendidikan di SD NEGERI 1 Cikande permai dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan ke SMP NEGERI 1 Cikande permai dan lulus pada tahun 2010. Setelah itu penulis menyelesaikan pendidikan di SMK KESEHATAN HUSADA PRATAMA Kota Serang dan lulus pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, Penulis masuk ke Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan dengan program studi produksi Ternak. Penulis masuk ke Polinela melalui Jalur Mandiri dan pada tahun 2016 penulis melakuakan praktik kerja lapang di Kelompok Tani Limousin desa Astomulyo kecamatan Punggur Metro Lampung Tengah.
Persembahan
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang tercinta di sekelilingku.
Untuk kedua orang tuaku tercinta yang begitu besarnya, atas semua kasih sayang, perhatian, do’a, dan dukungannya yang telah diberikan.
Untuk adikku tercinta yang telah memberikanku semangat dan keluarga yang telah membantu baik moril maupun materil.
Untuk Bapak dan Ibu dosen, rekan-rekan satu angkatan Produksi Ternak dan Almamater tercinta.
Moto
Orang Berilmu Dan Beradab Tidak Akan Diam Di Kampung Halaman, Tinggalkan Negerimu Dan Merantaulah Ke Negeri Orang. Merantaulah, Kau Akan Dapatkan Pengganti Dari Kerabat Dan Kawan Berlelah-Lelah, Manisnya Hidup Terasa Setelah Lelah Berjuang.
Kata Pengantar
Puji syukur Penulis panjatkan khadirat tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Manajemen kesehatan sapi potong di Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousine Kecamatan Punggur Lampung Tengahʼʼ. Tugas ini di buat sebagai salah satu syarat kelulusan pada program Studi Produksi Ternak, Jurusan Petrnakan, Politeknik Negeri Lampung.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil praktik kerja lapang (PKL) yang telah dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 22 Februari sampai 22 Maret 2016 yang dilaksanakan di Kelompok Tani Pengemukan Sapi Potong Limousin Desa Astomulyo Kecamatan Punggur, Lampung Tengah dan sebagai salah satu syarat penyelesaian Diploma III pada Program Studi Produksi Ternak Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Lampung.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini Penulis menghantarkan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan serta bimbingan dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan dan penyelesaian Tugas Akhir ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Joko S.S Hartono, M.T.A., selaku direktur Politeknik Negeri Lampung.
2. Ir. Zairiful, M.P., selaku ketua Jurusan peternakan Politeknik Negeri Lampung.
3. Ir. Imelda Panjaitan, M.Si., selaku Ketua Program Studi Produksi Ternak.
4. Agung Adi Candra, S.Kh., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I.
5. Tri Rumiyani, S.Pt., M.Sc., selaku Dosen pembimbing II.
6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Produksi Ternak yang telah membimbing dan memberi masukan serta pengarahan kepada penulis selama kuliah di Politeknik Negeri Lampung.
7. Sarjono selaku ketua kelompok tani dan pembimbing lapang yang telah memberikan arahanya selama dua bulan penuh di kelompok tani penggemukan sapi potong limousine
8. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
9. Teman teman seperjuangan dan teman teman PKL di kelompok tani penggemukan sapi potong limousine
10. Rekan rekan angkatan 2013, terima kasih atas kebersamaa, bantuan, dan dukungannya, yang selalu berjuan bersama sama dalam setiap suka dan duka.
11. Serta semua pihak yang membantu dalam pelaksanaan PKL dan penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis merasa masih banyak kekurangan pada teknis penulisan maupun materi, mengigat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan Kritik dan Saran yang dapat membangun. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis sendir dan bagi yang membacanya.
Bandar Lampung, Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Kerangka Pemikiran 2
1.4 Kontribusi 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Kesehatan Sapi Potong 4
2.2 Biosecurity 6
2.2.1 Biosecurity konseptual 6
2.2.2 Biosecurity struktural 7
2.2.3 Biosecurity operasional 7
2.3 Sanitasi 7
2.4 Vaksinasi 8
2.5 Sapi Potong 9
2.5.1 Sapi limousin 9
2.6 Penyakit 10
2.7 Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong 10
2.7.1 Sejarah kelompok 10
2.7.2 Struktur organisasi 11
III. METODE PELAKSAAAN
3.1 Tempat dan Waktu 12
3.2 Bahan dan Alat 12
3.2.1 Bahan 12
3.2.2 Alat 12
3.3 Metode Kegiatan 13
3.4 Pengamatan 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Manajemen Kesehatan 14
4.2 Pencegahan Sapi Sakit 14
4.2.1 Biosecurity 14
4.2.2 Sanitasi 15
4.3 Karantina 16
4.3.1 Masa adaptasi 16
4.3.2 Vaksinasi 17
4.3.3 Penanganan sapi sakit 17
4.4 Pengobatan Sapi Sakit Di Kelomok Tani Penggemukan Sapi Potong 18
4.4.1 Cacingan 18
4.4.2 Scabies 19
4.4.3 Diare 19
4.4.4 BEF(bovine efhemeral fever) 20
4 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 21
5.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan daging sapi untuk konsumsi penduduk Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan kenaikan jumlah penduduk. Bermacam-macam usaha telah dilakukan untuk usaha pengadaan sapi ini baik dengan jalan mengimpor bibit sapi, peningkatan daya reproduksi maupun pengembangan daerah peternakan di luar jawa. Di samping itu pengadaan daging yang berkualitas baik yang biasa dikonsumsi oleh hotel dan restoran masih banyak diimpor dari luar negeri .
Salah satu usaha peningkatan pengadaan daging sapi baik dalam jumlah maupun kualitasnya adalah dengan penggemukan sapi. Penggemukan dilakukan dengan memelihara sapi jantan, sapi jantan yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi makan dengan yang optimal untuk kenaikan berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal. Dengan pemeliharaan sistem ini, daging yang dihasilkan akan lebih lunak walaupun kandungan lemaknya menjadi sedikit lebih tebal. Bila dibandingkan dengan sapi yang dipekerjakan atau sapi yang lebih tua, kualitasnya jauh berbeda. Sapi sistem kereman bobotnya lebih besar, kualitas dagingnya sangat baik dan harga jualnya pun tinggi.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah merekomendasikan bahwa masyarakat Indonesia memerlukan protein rata-rata 50 g/hari. Bila di konversikan dengan jumlah penduduk Indonesia pada saat ini, yaitu sekitar 235 juta jiwa maka kebutuhan daging dari ternak sebesar 940 ton/hari (Saparinto, dan Purnawan 2010). Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan daging maka telah banyak berdiri usaha penggemukan sapi potong (cattle feedlot), baik peternakan rakyat maupun perusahaan.
Dalam usaha pemeliharaan sapi ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi produksinya, yakni bakalan, pemeliharaan, tatalaksana, dan manajemen kesehatan. Manajemen kesehatan tersebut sangat penting dan saling mempengaruhi dalam perolehan keuntungan. Bangsa sapi yang dikerem biasanya bervariasi bergantung dari tersedianya ternak di daerah tersebut. Sedangkan umur biasanya diambil dari sapi yang belum dewasa.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui serta mengkaji manajemen kesehatan sapi potong di Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin, Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.
1.3 Kerangka Pemikiran
Kebutuhan daging sapi untuk konsumsi penduduk Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan kenaikan jumlah penduduk. Bermacam-macam usaha telah dilakukan untuk usaha pengadaan sapi ini baik dengan jalan mengimpor bibit sapi, peningkatan daya reproduksi maupun pengembangan daerah peternakan di luar jawa.
Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber makanan berupa daging, produktifitasnya masih sangat memprihatinkan karena jumlahnya masih jauh dari target yang sangat diperlukan oleh konsumen. Hal ini disebabkan oleh produksi dan ketersediaan daging sapi di Indonesia masih sangat rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitasnya yaitu kesehatan. Keberhasilan yang menentukan dalam usaha pemeliharaan sapi potong adalah manajemen pakan, manajemen kesehatan, seleksi bibit, dan manajemen pemeliharaan.
Manajemen kesehatan adalah salah satu sorotan penting dalam meminimalisir kerugian akibat dampak dari kesehatan ternak yang buruk. Keberhasilan seorang peternak sapi potong tidak hanya terletak pada pengembangan usaha jumlah ternak yang dipelihara.
1.4 Kontribusi
Kegiatan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada peternak dan masyarakat tentang manajemen kesehatan ternak sapi potong.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Kesehatan
Manajemen kesehatan dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan. Kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan. Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak. Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat diminimalkan (Saputro, 2015 ).
Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi adalah penyakit parasiter, terutama scabies dan parasit saluran pencernaan (nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial terutama anthrax, pink eye, dan pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, dan penyakit lainnya (penyakit non infeksius) yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida dari tanaman. Pengendalian penyakit parasit secara berkesinambungan (sustainable parasite controle) perlu diterapkan agar infestasi parasit selalu di bawah ambang yang dapat mengganggu produktivitas ternak. Vaksinasi terhadap penyakit Anthrax (terutama untuk daerah endemis anthrax), dan orf merupakan tindakan preventif yang dianjurkan (Saputro, 2015 ).
Masalah kesehatan ternak juga dapat disebabkan oleh tidak cukupnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ternak. Ternak tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle dissease. Selain itu pakan yang kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi dan penurunan produksi (Saputro, 2015 ).
Keberhasilan peternakan sapi potong tidak hanya terletak pada usaha pengembangan jumlah ternak yang di pelihara, namun juga pada perawatan dan pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi juga terjaga. Menurut Akoso (1996), kesehatan ternak merupakan suatu kondisi tubuh ternak dan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang di kandungannya secara fisiologis berfungsi normal. Keruskan sel mungkin saja terjadi secara normal sebagai akibat proses pertumbuhan dinamis demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian sel tubuh yang rusak atau mati bagi ternak yang sehat. Daya tahan ternak terhadap penyakit menjadi sangat menurun karena adanya muatan ekstra dalam keseimbangan fisiologis, yang disebabkan oleh ketidakberdayaan ternak untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (Akoso, 1996).
2.2 Biosecurity
Sistem biosecurity merupakan upaya mencegah masuknya bibit penyakit dan penyebaran suatu bibit penyakit yang memungkinkan dapat menginfeksi pada ternak disuatu farm. tindakan pencegahan penyakit merupakan tindakan yang bijaksana untuk mencegah berbagai macam timbulnya penyakit (Komara 2008).
Tujuan dari sistim Biosecurity adalah untuk meminimalisir keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang, dan membuat kontaminasi lingkungan oleh agen seminimal mungkin (Sudarisman, 2000).
Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak atau penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Dilihat dari segi hirarki biosecurity terdiri dari tiga tindakan yaitu biosecurity konseptual, structural, oprasional (Dwicipto, 2010).
2.2.1 Biosecurity konseptual
Biosecurity konseptual merupakan dasar dari biosecurity meliputi aspek pemilihan lokasi usaha peternakan di suatu daerah yang bertujuan untuk memisahkan jenis atau umur ternak yang sama. Sehingga akan menghindari kontak hewan yang kita pelihara dengan hewan liar/hewan lain. Selain itu penempatan lokasi peternakan yang tidak jauh dari jalan umum dan fasilitas pelayanan lain seperti peternakan sapi, pabrik pakan, dan rumah pemotongan hewan(RPH), lokasi sebaiknya jauh dari danau atau saluran air (Anggara, 2012).
2.2.2 Biosecurity Struktural
Biosecurity struktural, yaitu ha-hal yang berhubungan dengan tata latak peternakan, pemisahan batas-batas unit peternakan, pengaturan saluran limbah peternakan, perangkat sanitasi dan dekontaminasi, instalasi tempat penyimpanan pakan dan gudang, serta peralatan kandang (Yatmiko, 2008).
2.2.3 Biosecurity Operasional
Biosecurity Operasional merupakan prosedur manajemen dan kegiatan/rutinitas untuk mencegah kejadian dan penyebaran penyakit disuatu farm (termasuk diantaranya proses pembersihan, desinfeksi, dan sanitasi kandang/farm). pada tingkatan ini harus ada petunjuk operational seperti prosedur khusus yang diterapkan pada saat memasuki dan meninggalkan farm untuk setiap karyawan dan tamu, pengawasan yang ketat diperlukan untuk mencegah kontak dengan hewan lain. Dengan menerapkan tiga tingkatan biosecurity secara baik dan benar diharapkan akan mencegah dan meminimalisir masuknya agen atau pathogen dan penyebaran penyakit dari luar lokasi (Jefry, 1997).
2.3 Sanitasi
Tindakan sanitasi adalah tindakan yang yang dijalankan dalam pemeliharaan sapi bertujuan untuk menjaga kesehatan melalui kebersihan agar ternak terbebas dari infeksi penyakit. Menurut (Santoso 2006), tingkat sanitasi dan higine merupakan indikator kebaikan manajemen kesehatan ternak. Oleh karnanya ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menyusun program kesehatan ternak yaitu:
1. Sanitasi lingkungan yang terbaik adalah menjaga kebersihan. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan parasite lebih mudah berkembang biak pada lingkungan yang kotor.
2. Keadaan yang harus bersih hama pada peralatan oprasional yang digunakan dalam melakukan tatalaksana, sehingga menjamin kebersihan kesehatan.
3. Digunakan beberapa desinfektan, tetapi harus diingat bahwa desinfektan sering inaktif bila terjadi kontak dengan bahan organic seperti darah, jaringan tinja, atau tanaman (sisa pakan) desinfektan biasannya diaplikasikan pada benda mati seperti perlatan.
2.4 Vaksinasi
Karantina hewan berfungsi untuk menolak masuknya penyakit hewan dari luar negeri ke Indonesia, mencegah penyebaran penyakit antar daerah dalam negeri, dan mencegah penyakit dari Indonesia ke luar negeri. Menurut Abidin (2005). Sapi-sapi bakalan yang akan digemukan atau yang baru dibeli dari pasar atau luar daerah perlu dimasukan ke dalam kandang karantina yang letaknya terpisah dengan kandang penggemukan.
Vaksin adalah suatu suspensi jasat renik yang dimatikan atau dilemahkan atau suatu produk yang berasal dari bahan tersebut dan bila disuntikan akan memacu antibody terhadap penyakit yang disebabkan oleh jasat renik tersebut (Sudaryani, 2003).
2.5 Sapi Potong
Sapi potong merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek cerah mengingat pasar dalam negri, pertumbuhan konsumsi lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan populasi dan produksi daging. Usaha ternak sapi potong dan kerja mempunyai prospek yang menjanjikan bila didukung dengan pemasaran yang baik.
Sapi potong merupakan jenis sapi pedaging yang banyak di kembangkan atau diusahakan dengan hasil utamanya adalah daging. Sapi potong mempunyai sifat yang khas bila ditinjau dari fisik maupun genetiknya (Somoprastowo, 2003). Ciri sapi pedaging adalah ukuran tubuh yang besar, pertumbuhan seluruh bagian tubuh serasi, garis badan atas bawah sejajar, dan kualitas dagingnya maksimal (Sugeng, 1992). Di Indondesia ada enam jenis sapi potong yang hampir menyebar rata di setiap daerah. Dari jenis-jenis sapi tersebut sebagian berasal dari dalam negeri (sapi lokal) dan sebagian merupakan sapi impor. Sapi pedaging yang berasal dari dalam negeri yaitu sapi bali, sapi peranakan ongole (PO), dan sapi Madura. Sedangkan sapi pedaging yang berasal dari luar negri yaitu sapi brahman, Simmental, limousine, dan brangus. Salah satu jenis sapi impor yang dikembangkan sebagai sumber penghasil daging adalah sapi brahman.
2.5.1 Sapi Limousine
Merupakan sapi yang berhasil dikembangkan di Prancis, sapi ini merupakan keturunan Bos Taurus. Sapi dengan karakteristik berwarna merah mulus serta tumbuh bulu sedikit lebih panjang di bagian kepala. Mata pada sapi limousin terlihat awas, kaki yang tegap, dada yang besar serta dalam, bentuk tubuh yang memenjang, bagian perut yang mengecil tetapi pada bagian pnggul dan belakang lumayan besar penuh daging dan padat. Berat rata—rata pada sapi jantan dapat mencapai 850 kg, sedangkan pada sapi betina dapat mencapai 650 kg (Murtidjo, 1990).
2.6 Penyakit
Penyakit adalah suatu kejadian yang bersifat negatif sebagai akibat yang ditimbulkan oleh suatu bibit penyakit dan menyebabkan gangguan fisiologis pada tubuh induk semang. Penyakit infectious (menular) adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan jamur) yang bersifat dapat berpindah dari satu hewan (hewan carrier) ke hewan lainnya. Hewan carrier adalah hewan pembawa bibit penyakit tertentu tetapi hewan itu sendiri tidak menunjukan gejala sakit (Ditjennak/Direktorat Jendral Peternakan, 2010).
2.7 Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin
2.7.1 Sejarah Kelompok
Kelompok penggemukan sapi potong Limousin ini berdiri sajak tahun 2009 dengan anggota 6 orang dan mendapat dana dari CSR (corporation social responsibility) dari pertamina 75 juta per orang dengan bunga 5% per tahun, kemudian mengajukan kredit KKPE (kredit ketahanan pangan dan energi) di bank BNI 46 pada tahun 2011 dengan mendapat dana 100 juta per orang dengan bunga 5% per tahun. Pada tahun 2013 kelompok mendapat kerjasama dari GGLC yaitu sapi winner gaduh sampai saat ini.
2.7.2 Struktur Organisasi
Organisasi di Kelompok Tani Penggumukan Sapi Potong Limousin dilaksanakan sebagai alat kelompok untuk mengontrol masing-masing tugas dan wewenang jabatan agar kinerja kelompok dapat berjalan dengan baik. Struktur organisasi kelompok terdapat pada Lampiran 1.
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Pengkajian atau pengambilan data kegiatan tugas akhir ini dilaksanakan di kelompok tani penggemukan sapi potong limousine Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Lampung Tengah. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 22 Februari sampai 22 April 2016.
3.2 Bahan dan Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan manajemen kesehatan ini antara lain
3.2.1 Bahan
1. Sapi
2. Pakan Konsentrat
3. Vitamin
4. Obat-obatan
3.2.2 Alat
1. Angkong
2. Garok Besi
3. Selang Air
4. Sapu Lidi
5. Spoid
3.3 Metode Kegiatan
Kegiatan pengambilan data sebagai bahan penulisan tugas akhir menggunakan metode antara lain:
1. Observasi kegiatan pengamatan, pengumpilan data secara teliti yang dilakukan di lokasi praktik kerja lapang
2. Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari informasi, meminta keterangan dari berbagai pihak untuk menjawab kegiatan yang akan diamati. Dalam metode waawancara telah dikumpulkan berbagai informasi mengenai kegiatan yang diamati melalui pembimbing lapang.
3. Studi pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topic atau maslah yang akan diteliti. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji text book, laporan tugas akhir, prossiding, dan makalah ilmiah yang berkaitan dengan peternakan khususnya tentang manajemen penyakit.
3.4 Pengamatan
Hal-hal yang dapat diamati dalam manajemen kesehatan sapi potong selama kegiatan pengkajian di Kelompok Tani Penggemukan sapi potong yaitu:
1. Manajemen kesehatan
2. Pencegahan sapi sakit (biosecurity, sanitasi)
3. Karantina (masa adaptasi, vaksinasi, penanganan sapi sakit)
4. Pengobatan sapi sakit (cacingan, scabies, diare, BEF)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Manajemen Kesehatan
Manajemen kesehatan salah satu faktor pendukung keberhasilan usaha sapi potong. Keberhasilan peternak sapi potong tergantung pada tiga unsur, yaitu: pakan, bibit, dan tatalaksana. Faktor kesehatan sapi dapat disebabkan oleh kebersihan lingkungan dan kurangnya nutrisi yang yang diberikan pada sapi. Ternak tidak dapat tumbuh optimal bila dalam keadaan kurang baik atau sakit. Kesehatan dalam suatu usaha peternakan menjadi sorotan penting dalam meminimalisir tingkat kematian akibat dari pencegahan, penanganan, dan pengobatan yang kurang baik.
4.2 Pencegahan Sapi Sakit
4.2.1 Biosecurity
Kegiatan pencegahan sapi sakit ini dimulai ketika akan memasuki area kandang pemeliharaan, yaitu pada pintu masuk gerbang farm. Setiap kendaraan yang akan masuk perusahaan diwajibkan melalui bak dipping. Bak dipping diisi dengan larutan desinfektan yang diganti setiap dua hari sekali. Begitu juga berlaku pada sapi datang, kendaraan, dan sapi disemprot dengan desinfektan.
Menurut Saputro (2015) biosecurity merupakan tindakan perlindungan terhadap ternak dari berbagai bibit penyakit (bakteri dan virus) melalui pengamanan terhadap lingkungannya dan orang atau individu yang terlibat dalam siklus pemeliharaan yang dimaksud. Tujuannya yaitu supaya bibit penyakit (bakteri dan virus) yang terbawa dari luar tidak menyebar dan menginfeksi ternak. Kegiatan biosecurity di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin masih kurang baik. Karena di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin menerapkan sistim pemeliharaan kereman dan masih termasuk peternakan rakyat.
4.2.2 Sanitasi
Kegiatan sanitasi di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin meliputi pembersihan kandang, pembersihan tempat pakan, dan tempat air minum. Hal ini bertujuan menjaga lingkungan yang sehat dan bersih sehingga meminimalisir timbulnya atau sebagai sarang penyakit.
1. Pembersihan kandang
Pembersihan kandang dilakukan setiap hari pada pagi hari. Dimulai dengan membersihkan feses di kandang dilakukan dengan bantuan alat (sekop). Pelaksanaanya yaitu feses ditarik ke selokan penampungan feses. Feses yang berada di parit atau selokan dibiarkan sampai terisi penuh. Setelah selesai membersihkan feses dari kandang kemudian membersihkan halaman kandang sehingga kandang terlihat bersih setiap hari
2. Pembersihan tempat pakan
Pembersihan tempat pakan dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari sebelum memberikan pakan. Pembersihan tempat pakan ini bertujuan untuk menghindari timbunan sisa pakan yang lembab dan akhirnya membusuk. Pelaksanaanya yaitu mengumpulkan sisa pakan menggunakan tangan dan diletakan di ember yang selanjutnya dicampur kembali dengan pakan yang baru. Setelah tempat pakan bersih petugas pemberi pakan mengisi tempat pakan. Kemudian membersihkan pakan yang berserakan disamping tempat pakan sapi.
3. Pembersihan tempat minum
Pembersihan tempat minum dilakukan 5-7 hari sekali. Pembersihan tempat minum ini bertujuan untuk menjaga kebersihan air atau air untuk minum sapi tidak terlalu kotor oleh lumut. Pelaksanaanya yaitu air yang ada didalam bak dikuras dan dibersikan mengunakan sikat sampai bersih dan dibuang ke saluran pembuangan. Setelah bak kosong, kemudian bak diisi air bersih sampai penuh.
4.3 Karantina
4.3.1 Masa adaptasi
Sapi yang baru datang di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin masih dalam masa adaptasi yang berlangsung 5-7 hari, selama masa adaptasi ini sapi bakalan diberikan pakan kulit singkong, kulit nanas, dan konsentrat. Hal ini dilakukan sebagai tahap awal pengenalan pakan yang ada di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin.
Kegiatan selama masa adaptasi penimbangan bobot awal, vaksinasi, pengobatan jika ada yang sakit, dan pemberian vitamin oleh pemilik atau ketua kelompok tani. Masa adaptasi ini berfungsi untuk memonitor suatu kelainan yang tidak tampak hanya dengan melihat tampilan fisiknya dan mengantisipasi adanya penyakit yang masuk atau dibawa oleh sapi bakalan dari PT GGLC.
Sapi yang baru datang juga mengalami penyesuain terhadap iklim lingkungan sekitar, walaupun tidak secara langsung, suhu yang tinggi juga berpengaruh besar terhadap konsumsi pakan yang masuk baik volume maupun porsi nilai gizi yang terkandung didalamnya. (Seifert, 1996) Penerapan tindakan masa adaptasi ini untuk meminimalisir tingkat stress pada ternak, adaptasi lingkungan dan pakan baru serta diharapkan pada masa selanjutnya ternak dapat hidup dengan sehat dan nyaman.
4.3.2 Vaksinasi
Vaksinasi di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin dilakukan pada saat sapi baru datang. Vaksinasi bertujuan untuk mencegah serangan penyakit tertentu yang sering timbul atau umum. Beberapa jenis vaksin untuk vaksinasi pada sapi yaitu vaksin tuberculosis, vaksin PMK (penyaki mulut dan kuku), vaksin antraks, dan vaksin SE.
Vaksinasi merupakan cara termurah dalam mencegah penyakit. Vaksinasi ditujukan untuk mencegah dari serangan penyakit tertentu, terutama dari serangan penyakit-penyakit yang sering timbul secara lokal/regional. (Santoso, 2006).
4.3.3 Penanganan sapi sakit
Penanganan sapi sakit adalah bagian yang penting di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin. Sarjono pemilik sapi itu sendiri menangani kesehatan sapi-sapi yang terdapat dikandang tersebut. Kegiatan yang dilakukan adalah pengontrolan sapi dalam kandang ataupun luar kandang yang dilakukan setiap pagi. Pengecekan dilakukan dengan berjalan dari kandang satu ke kandang lainnya dengan melihat satu per satu sapi, pengontrolan tali keluh, mengamati dan tanda-tanda sapi sakit.
Sapi sakit memberikan ciri-ciri yang menunjukan perbedaan jelas dari sapi lainnya, diantaranya sapi terlihat lemah, tidak lincah, matanya cekung, bagian hidungnya kering, menurunnya konsumsi makan dan minum, bulu rontok, kurus, sulit berjalan dan berdiri. Dari tanda-tanda diatas dapat diasumsikan bahwa sapi-sapi tersebut dalam keadaan sakit.
4.4 Pengobatan Sapi Sakit Di Kelompok Penggemukan Sapi Potong Limousin
pengobatan sapi sakit di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin. Penyakit yang sering menyerang antara lain cacingan, scabies, diare, demam. Penanganan terhadap penyakit umumnya dengan pemberian antibiotik, vitamin, obat cacing, invermektin. Sedangkan untuk pengobatan hanya diulang sebanyak tiga kali dalam satu bulan. Setelah pengobatan namun tidak juga membaik kondisinya atau sakitnya semakin lama semakin parah, maka sapi tersebut langsung dijual atau dilakukan pemotongan paksa pada sapi sakit tersebut.
4.4.1 Kecacingan
Cacingan merupakan penyakit yang secara ekonomis merugikan, karena sapi yang terserang penyakit merugikan, karena sapi yang terserang penyakit ini akan terhambat petambahan berat badannya.
Penyebab cacing ini adalah pakan hijauan yang masih basah atau berembun serta tercemar siput yang dibawa oleh cacing gelang. Gejala klinis yang terjangkit cacingan antara lain, bulu tubuh berdiri dan tampak kusam, mata tampak layu, makan banyak tetapi tetap kurus. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan pemberian kalbazen – C, flukicidel 12,5% dan farm-O yang diberikan sacara oral. Sedangkan untuk pencegahannya diberi obat cacing rutin setiap tiga bulan. (subroto, 1985)
4.4.2 Scabies
Penyakit scabies (kudis) ini disebabakan oleh parasit yang dapat mengakibatkan gatal-gatal dan dermatitis. Penyakit ini sangat merugikan karena dapat menghilangkan nafsu makan yang disebabkan oleh gatal-gatal. Penyakit scabies ini mudah sekali menular ke ternak lain baik melalui peralatan maupun bersinggungan langsung.
Pengobatan penyakit scabies dilakukan penyemprotan gusanex sapray pada bagian yang terkena scabies. Dapat juga dilakukan injeksi infermectin secara subcutan, sulfur salep ataupun diolesi dengan oli bekas pada daerah kulit yang terserang penyakit scabies.
Scabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh tungau. Penularan pada penyakit ini apabila terjadi kontak langsung, gizi ternak yang rendah. Gejala klinis pada ternak yang terjangkit scabies antara lain yaitu iritasi pada kulit, gatal, terdapat pendarahan, berkerak, kulit menebal/keras. Untuk pencegahan dilakukan pencegahan kontak langsung antara ternak yang sehat dan yang sakit, menjaga kebersihan kandang, sedangkan untuk pengobatan dilakukan penyemprotan gusanek spray pada bagian yang terkena scabies, dan penyuntikan infermectin secara subcutan atau penyuntikan di bawah jaringan kulit Darmono (1993).
4.4.3 Diare
Penyakit ini termasuk dalam golongan penyakit menular, diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan protozoa. Penyakit ini dapat menyebabkan demam dan mencret-mencret (diare). Gejala awal sapi yang terjangkit diare ini biasanya tidak nafsu makan dan mencret terus-menerus sehingga feses sangat cair. Anonims (2006) menyatakan bahwa Escherichiacoli merupakan salah satu penyebab diare pada sapi.
Pengobatan penyakit diare di kelompok tani penggemukan sapi potong limousin dengan cara memberikan vitamin, antibiotik, dan memberikan hijauan penuh.
4.4.4 BEF (bovine efhemeral fever)
Penyakit ini biasa juga disebut dengan demam tiga hari, menurut subroto (1985), penyakit ini menyerupai demam, lemas, terkadang dapat menyebabkan kematian setelah berlangsung salema tiga hari. Untuk pencegahan yaitu dengan pemberian vaksin secara teratur dan sanitasi kandang serta lingkungan. Sedangkan untuk pengobatan dapat diberikan vet-oxy, B compleks, dan biodin dengan cara injeksi intramuscular.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilaksanakan di Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen kesehatan yang dilakukan di kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin sudah berjalan dengan cukup baik yang meliputi pencegahan, penanganan dan pengobatan pada sapi, yang meliputi: biosecurity, sanitasi, karantina, vaksinasi, dan penanganaan atau pengobatan sapi sakit.
2. Penyakit yang sering terjadi di kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousin yaitu cacingan, diare, BEF, dan scabies.
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di Kelompok Tani Penggemukan Sapi Potong Limousine Kecamatan Punggur Lampung Tengah. Penulis menyarankan untuk melakukan pencegahan, karantina, pengobatan dan sanitasi dari seluruh aspek kegiatan, dimulai dari kebersihan kandang, alat-alat yang digunakan, kebersihan ternak, Penggunaan spoid untuk menyuntik perlu diperhatikan dengan selalu membersihkanya menggunakan antiseptik kemudian dicuci dengan air bersih hingga bersih atau menggatinya dengan yang baru.
Lampiran 1. STRUKTUR ORGANISASI KELOMPOK TANI TERNAK LIMOUSIN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
vidors vidors vidors vidors vidors vidors vidors - Videoodl.cc
BalasHapusFind vidors youtube to mp3 vidors vidors vidors vidors vidors videos in 1080p, high quality. youtube vidors vidors vidors vidors vidors vidors vidors vidors vidors vidors vidors vidors.